Tanggal 17 Mei tiap tahunnya selalu spesial buat para pecinta literasi. Yes, ini Hari Buku Nasional, momen yang sering dipakai buat ngingetin kita soal pentingnya membaca. Tapi tahu nggak sih, di 2025 ini, Hari Buku Nasional punya makna yang makin dalam? Karena sekarang, membaca nggak cuma dipandang sebagai hobi pintar, tapi juga jadi salah satu “obat” paling alami buat kesehatan mental dan fisik.
Serius. Baca buku itu kayak therapy session gratisan. Mau lagi overthinking, burnout, atau sekadar lelah sosial, buka buku bisa jadi pelarian yang lebih sehat daripada doomscrolling medsos.
Baca Buku vs Scroll Timeline: Mana yang Lebih Sehat?
Kebiasaan kita hari ini nggak bisa dipisahin dari layar. Bangun tidur langsung buka HP, tidur pun ditemenin YouTube atau Netflix. Masalahnya, kebanyakan screen time bisa bikin kita makin gampang stres dan susah fokus.
Nah, beda banget sama efek baca buku. Saat kita baca, otak dipaksa buat kerja pelan-pelan. Fokus, membayangkan narasi, meresapi kalimat. Hasilnya? Detak jantung jadi lebih tenang, pikiran lebih fokus, dan… boom — stress level turun.
Penelitian dari University of Sussex bahkan nunjukin kalau membaca selama 6 menit aja bisa nurunin stres sampai 68%. Itu lebih tinggi dari denger musik (61%) atau jalan santai (42%). Bayangin kalau kamu baca setengah jam tiap hari?
Kenapa Membaca Bisa Menyehatkan Mental?
- Bikin Pikiran Lebih Tertata
Pas kamu baca cerita atau buku nonfiksi, kamu nggak cuma nerima info — kamu juga “merakit” makna di otak. Ini ngebantu banget buat kamu yang sering merasa overwhelmed sama pikiran sendiri. Membaca bikin pikiran lebih kalem dan terstruktur. - Empati Meningkat
Baca novel bikin kita ngerasain dunia dari perspektif orang lain. Ini penting banget buat ngembangin empati. Bahkan ada studi yang bilang pembaca fiksi lebih bisa memahami perasaan orang lain — sesuatu yang penting banget di dunia yang makin toxic ini. - Ngasih Rasa Aman
Buat yang punya anxiety atau trauma, buku bisa jadi tempat aman buat “lari”. Apalagi genre kayak self-help atau biografi, yang bisa ngasih inspirasi dan semacam pelukan virtual lewat kisah orang lain.
Efek Membaca ke Fisik Juga Nggak Main-Main
Yes, ini bukan lebay. Membaca juga punya pengaruh nyata ke tubuh kita.
- Tidur Lebih Nyenyak
Rutinitas baca buku sebelum tidur bisa bantu otak masuk ke mode rileks. Bandingin sama buka TikTok sebelum tidur yang justru bikin otak makin aktif dan sulit istirahat. - Detak Jantung Lebih Stabil
Aktivitas baca secara perlahan bisa nurunin tensi darah. Ini penting buat yang gampang panik atau punya tekanan darah tinggi. - Melambatkan Proses Penuaan Otak
Membaca secara rutin terbukti bisa memperlambat penurunan fungsi kognitif. Jadi otak tetap aktif dan tajam, bahkan sampai usia
Minat Baca Anak Muda, Masih Hidup atau Udah Sekarat?
Salah satu pertanyaan klasik setiap Hari Buku Nasional: “Minat baca anak muda Indonesia gimana sih sekarang?” Jawaban jujurnya: nggak sesuram yang sering diberitain. Bener, mungkin kita nggak lagi sering nongkrong di perpustakaan, tapi bentuk literasi sekarang udah berubah.
Kita masih baca kok — cuma medianya aja beda. Ada yang rajin baca thread edukatif di Twitter, e-book di Kindle, sampai novel digital di aplikasi kayak Wattpad atau Cabaca. Bahkan banyak anak muda yang mulai investasi di buku fisik lagi karena estetik dan self-care vibes-nya dapet.
Tapi tetap, ada PR besar soal bagaimana ngedorong generasi muda buat baca lebih mendalam. Bukan cuma scroll, tapi beneran “tenggelam” dalam teks dan mikir kritis dari situ. Itu yang bikin buku tetap relevan di era AI dan short content.
Komunitas Baca yang Bangkit di Era Digital
Kabar bagusnya, komunitas baca makin rame di 2025 ini. Bookstagram, BookTok, sampai podcast ulasan buku jadi tempat nongkrong baru buat anak muda yang haus bacaan. Banyak yang share review buku dengan gaya santai, bukan formal kayak resensi zaman sekolah dulu.
Salah satu contoh: komunitas “Baca Bareng Yuk” di Instagram yang rutin bikin reading challenge tiap bulan dan ngadain live diskusi bareng penulis. Ini bukan cuma soal membaca, tapi juga bikin ruang ngobrol yang suportif dan edukatif.
Dan tahu nggak? Ini semua bukan cuma keren dari sisi literasi, tapi juga bantu kesehatan mental. Ngobrolin buku itu sama kayak sesi healing bareng temen — tapi konteksnya lebih dalam dan nggak toksik.
Baca Buku sebagai Bentuk Self-Love
Buat sebagian orang, baca buku adalah self-love. Waktu buat diri sendiri, detoks dari dunia luar, dan kesempatan untuk refleksi. Nggak semua orang bisa traveling ke Bali atau meditasi di puncak gunung, tapi semua orang bisa ambil waktu 15 menit buat baca buku.
Dan di saat banyak yang ngomongin tentang burnout, hustle culture, dan gangguan mental, baca buku bisa jadi solusi murah meriah buat ngereset diri.
Gak perlu buku berat kok. Mau itu novel romance, puisi, atau kumpulan cerita pendek absurd — semua bisa jadi “nutrisi” buat otak dan hati.
Buku yang Cocok Buat Bantu Mental dan Fisik
Kalau kamu pengen mulai baca tapi bingung mulai dari mana, ini beberapa rekomendasi:
- “Man’s Search for Meaning” – Viktor Frankl
Buku psikologi klasik yang dalem banget tapi tetap relatable. - “I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki” – Baek Sehee
Kisah konseling yang ringan tapi menggigit. Cocok buat yang lagi overthinking. - “Atomic Habits” – James Clear
Tentang cara bikin perubahan kecil yang efeknya luar biasa. Nggak terlalu filosofis, tapi bikin semangat hidup naik. - Novel lokal kayak “Garis Waktu” atau “Kita Pergi Hari Ini”
Penuh perasaan dan cocok buat healing ringan tapi bermakna.
Penutup: Hari Buku Nasional, Momen Buat Lebih Sayang Diri
Hari Buku Nasional 2025 bukan cuma ajakan buat beli buku atau unggah foto di IG Story. Ini momen refleksi: sudah sejauh apa kita peduli sama pikiran dan kesehatan diri sendiri?
Karena kadang, hal sederhana kayak baca buku justru jadi cara paling ampuh buat sembuh. Nggak perlu bayar mahal, nggak perlu ribet. Tinggal luangin waktu, duduk tenang, dan biarin halaman-halaman itu ngobrol sama kamu.
Dan yang pasti, semangat membaca harus terus dijaga — bukan buat keliatan pintar, tapi buat tetap waras di dunia yang kadang kelewat ribut