Mau Rebahan di Pesawat? Siapkan Uang Tambahan! Maskapai yang Aneh Ini Viral

Dalam dunia penerbangan berbiaya rendah (low-cost carrier atau LCC), kita sudah terbiasa dengan berbagai biaya tambahan. Mulai dari membayar untuk bagasi, memilih kursi, hingga membeli makanan dan minuman di atas pesawat. Namun, sebuah maskapai yang aneh baru saja membawa konsep “biaya tambahan” ini ke level yang sama sekali baru. Sebuah level yang oleh banyak orang dianggap sudah keterlaluan dan absurd.

SunExpress, sebuah maskapai patungan antara Turkish Airlines dan Lufthansa, baru-baru ini menjadi viral setelah mengumumkan sebuah kebijakan baru yang sangat kontroversial. Mereka kini akan meminta penumpang untuk membayar biaya tambahan jika ingin merebahkan sandaran kursinya (recline). Ya, Anda tidak salah baca. Sebuah kenyamanan dasar yang selama ini kita anggap sebagai hak yang melekat pada sebuah kursi pesawat, kini telah diubah menjadi sebuah layanan premium berbayar. Kebijakan ini sontak memicu perdebatan sengit dan menjadi cerminan dari masa depan industri penerbangan yang mungkin semakin “a la carte”.

Konteks: ‘Unbundling’, Filosofi di Balik Maskapai Berbiaya Rendah

Untuk memahami mengapa maskapai yang aneh ini mengambil langkah sedemikian rupa, kita harus memahami dulu filosofi bisnis inti dari LCC: “unbundling” atau “mempreteli”. Konsepnya adalah menawarkan harga tiket dasar yang semurah mungkin. Harga tiket ini pada dasarnya hanya mencakup satu hal: mengantarkan Anda dan satu tas kecil dari titik A ke titik B.

Semua hal lain yang selama ini kita anggap sebagai bagian dari paket penerbangan—bagasi terdaftar, pemilihan kursi, makanan, bantal, selimut—kini “dipreteli” dan dijual secara terpisah sebagai layanan tambahan (ancillary services). Model bisnis inilah yang memungkinkan mereka untuk menawarkan tiket yang jauh lebih murah daripada maskapai layanan penuh (full-service carrier).

Detail Kebijakan Kontroversial SunExpress

Kebijakan yang diterapkan oleh SunExpress ini bahkan lebih kompleks dari sekadar “bayar untuk rebahan”. Mereka menawarkan dua jenis paket:

  1. Paket “Anti-Rebahan”: Penumpang bisa membayar sejumlah biaya untuk menjamin bahwa penumpang di depannya tidak akan merebahkan kursinya. Ini adalah cara untuk “membeli” ruang pribadi Anda.
  2. Paket “Boleh Rebahan”: Di sisi lain, jika Anda ingin memiliki hak untuk merebahkan kursi Anda sendiri, Anda juga harus membayar biaya tambahan.

Ini menciptakan sebuah “perang” ruang pribadi yang dimonetisasi secara langsung oleh maskapai.

Bukan yang Pertama, Tapi yang Paling Ekstrem: Maskapai yang Aneh

Meskipun terdengar gila, SunExpress bukanlah yang pertama dalam melontarkan ide-ide kontroversial demi menekan biaya dan meningkatkan pendapatan. Ryanair, maskapai LCC paling terkenal (atau paling terkenal buruk) di Eropa, telah lama menjadi “raja” dari kebijakan-kebijakan aneh. CEO mereka, Michael O’Leary, pernah secara sensasional mengusulkan ide untuk membuat “kursi berdiri” di pesawat atau bahkan meminta penumpang membayar untuk menggunakan toilet.

Meskipun banyak dari ide tersebut tidak pernah benar-benar diimplementasikan, mereka berhasil membentuk persepsi publik bahwa di dunia LCC, tidak ada yang namanya layanan gratis. Kebijakan SunExpress ini adalah sebuah evolusi logis, meskipun sangat tidak populer, dari filosofi tersebut.

Perang Baru di Udara: Membeli Ruang Pribadi

Kebijakan ini menambah satu lagi dimensi kerumitan dalam memilih kursi di pesawat. Selama ini, kita hanya pusing menghindari kursi terburuk di pesawat seperti yang di dekat toilet, di barisan paling belakang, atau kursi tengah yang terkutuk. Kini, bahkan sebuah kursi lorong yang bagus pun bisa terasa seperti neraka jika penumpang di depan Anda merebahkan kursinya hingga ke pangkuan Anda, sementara Anda sendiri tidak bisa membalasnya karena tidak membayar biaya tambahan.

Ini menciptakan sebuah dilema etis dan sosial di ketinggian 35.000 kaki. Apakah merebahkan kursi adalah sebuah hak atau sebuah kemewahan? Perdebatan ini sudah berlangsung lama, namun kini maskapai secara resmi telah “memasang harga” pada hak tersebut.

Dampak Psikologis: Pelanggaran Kontrak Sosial Tak Tertulis

Mengapa kebijakan ini terasa begitu salah bagi banyak orang? Karena ia melanggar sebuah “kontrak sosial tak tertulis”. Selama puluhan tahun, fungsi rebah adalah sebuah fitur standar yang melekat pada desain kursi itu sendiri. Mengubahnya menjadi layanan berbayar terasa seperti sebuah pengkhianatan, sebuah cara licik untuk memeras lebih banyak uang dari penumpang. Ini berbeda dari membayar untuk makanan, yang jelas-jelas merupakan sebuah produk tambahan. Di sini, maskapai “menonaktifkan” sebuah fitur yang sudah ada, lalu meminta bayaran untuk “mengaktifkannya” kembali.

Untuk mengikuti tren-tren terbaru dalam industri penerbangan dan analisis mengenai model bisnis maskapai, sumber-sumber kredibel dari media industri seperti Skift adalah rujukan yang sangat baik.

Maskapai yang Aneh? Selamat Datang di Era Terbang ‘a la Carte’

Terlepas dari betapa anehnya kebijakan ini, ia adalah cerminan dari realita industri penerbangan modern yang sangat kompetitif. Maskapai yang aneh seperti SunExpress ini hanyalah puncak gunung es dari sebuah tren besar di mana semua aspek penerbangan akan terus “dipreteli” menjadi komponen-komponen berbayar. Ini adalah era terbang “a la carte”, di mana Anda benar-benar hanya mendapatkan apa yang Anda bayar. Meskipun kebijakan “bayar untuk rebahan” ini mungkin tidak akan diadopsi oleh semua maskapai, ia telah berhasil membuka sebuah “kotak pandora”. Jangan kaget jika di masa depan, kita juga akan ditawari untuk membayar biaya tambahan untuk menggunakan ventilasi AC atau membuka penutup jendela.