Bukan Sekadar Pedih, Mantan Direktur WHO Ungkap 5 Fakta Bahaya Gas Air Mata Bagi Kesehatan

Gas air mata seringkali dianggap sebagai alat pengendali massa (crowd control) yang “tidak mematikan”. Saat digunakan untuk membubarkan demonstrasi atau kerusuhan, narasi yang dibangun adalah efeknya hanya sementara: mata perih dan batuk-batuk. Setelah itu, kulit panas, lalu setelah beberapa saat semuanya akan kembali normal. Namun, seorang mantan pejabat tinggi di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membongkar sebuah fakta yang jauh lebih mengerikan. Menurutnya, anggapan bahwa gas air mata itu “aman” adalah sebuah mitos yang berbahaya. Lantas, apa bahaya gas air mata?

Profesor Sven-Eric Jordt, seorang toksikolog dari Duke University, bersama dengan Dr. Flavia Bustreo, yang pernah menjabat sebagai Asisten Direktur Jenderal WHO, menyajikan bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa bahaya gas air mata jauh melampaui sekadar iritasi sementara. Paparan bahan kimia ini, terutama dalam dosis tinggi atau di ruang tertutup, dapat menyebabkan kerusakan organ jangka panjang. Hal ini bahkan bisa berakibat fatal. Pernyataan ini menjadi sebuah peringatan keras bagi otoritas di seluruh dunia mengenai penggunaan senjata kimia ini.

Apa Sebenarnya Isi dari Gas Air Mata?

Sebelum membahas bahayanya, kita perlu tahu apa yang kita hadapi. Istilah “gas air mata” sebenarnya kurang tepat, karena ia bukanlah gas, melainkan bubuk padat mikroskopis (seperti 2-chlorobenzalmalononitrile atau CS gas) yang disebarkan melalui aerosol. Partikel-partikel super kecil inilah yang akan menempel pada permukaan lembap di tubuh kita—mata, hidung, mulut, paru-paru, dan kulit. Kemudian akan bereaksi dengan air dan menyebabkan rasa sakit seperti terbakar yang hebat.

Lima Fakta Mengerikan di Balik Awan Pedih Gas Air Mata

Berikut adalah lima fakta bahaya gas air mata yang diungkap oleh para pakar, yang jarang diketahui oleh masyarakat umum.

1. Menyebabkan Kerusakan Paru-paru Permanen

Efek jangka pendeknya adalah batuk hebat, sesak napas, dan rasa tercekik. Namun, paparan dalam konsentrasi tinggi atau berulang kali bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Partikel kimia dari gas air mata yang terhirup bisa memicu peradangan hebat di saluran pernapasan dan paru-paru, yang berujung pada kondisi seperti bronkitis, edema paru (paru-paru terisi cairan), dan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Bagi penderita asma, paparan gas air mata bisa memicu serangan asma yang mengancam jiwa.

2. Memicu Luka Bakar Kimia dan Kerusakan Kulit Serius

Saat partikel gas air mata menempel di kulit yang berkeringat, ia akan bereaksi dan menciptakan sensasi terbakar yang luar biasa. Jika terpapar dalam waktu lama, ini bisa menyebabkan luka bakar kimia tingkat pertama atau kedua, lengkap dengan lepuhan dan ruam yang menyakitkan. Jika partikel ini masuk ke bawah pakaian dan terperangkap di sana, kerusakannya bisa menjadi lebih parah lagi.

3. Berisiko Menyebabkan Kebutaan dan Kerusakan Mata Jangka Panjang

Mata adalah target utama dari gas air mata. Selain rasa perih yang ekstrem dan air mata yang tak terkendali, paparan langsung dari tabung gas air mata yang ditembakkan dari jarak dekat bisa menyebabkan kerusakan fisik yang parah pada bola mata. Dalam jangka panjang, paparan berulang dapat meningkatkan risiko katarak, glaukoma, dan dalam kasus yang paling parah, menyebabkan kebutaan permanen.

4. Sangat Berbahaya bagi Kelompok Rentan (Anak-anak & Ibu Hamil)

Anak-anak dan bayi adalah korban yang paling rentan. Karena volume paru-paru mereka yang lebih kecil dan laju pernapasan yang lebih cepat, mereka akan menghirup dosis bahan kimia yang secara proporsional jauh lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Ini membuat mereka berisiko lebih besar mengalami gagal napas. Bagi ibu hamil, beberapa studi awal menunjukkan adanya korelasi antara paparan gas air mata dengan peningkatan risiko keguguran.

5. Potensi Risiko Kematian

Meskipun sering disebut “senjata yang tidak mematikan”, sejarah telah mencatat beberapa kasus kematian yang secara langsung disebabkan oleh gas air mata. Kematian biasanya terjadi akibat asfiksia (kegagalan napas) karena paparan dalam konsentrasi yang sangat tinggi di ruang tertutup, atau akibat trauma benda tumpul saat tabung gas air mata mengenai kepala seseorang secara langsung.

Penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tidak proporsional oleh aparat seringkali menjadi sorotan. Di beberapa negara paling korup, penyalahgunaan alat-alat seperti gas air mata terhadap warga sipil seringkali terjadi tanpa akuntabilitas.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih detail mengenai efek kesehatan dari agen pengendali kerusuhan seperti gas air mata, sumber-sumber kredibel dari lembaga kesehatan publik seperti Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (https://www.cdc.gov/chemicalagents/riotcontrol/factsheet-riot-control-agents.html) menyediakan data dan panduan yang sangat komprehensif.

Penutup: Senjata Kimia yang Menyamar sebagai Alat Keamanan

Pada akhirnya, paparan dari mantan Direktur WHO dan para pakar toksikologi ini membuka mata kita bahwa bahaya gas air mata adalah nyata dan tidak boleh diremehkan. Ini bukanlah “semprotan merica” versi raksasa; ini adalah sebuah senjata kimia yang penyebarannya di area publik memiliki konsekuensi kesehatan yang serius dan seringkali tidak pandang bulu, mengenai para demonstran, jurnalis, petugas medis, hingga warga sekitar yang tidak bersalah. Peringatan dari para ahli ini adalah sebuah panggilan mendesak bagi semua pemerintah dan aparat penegak hukum di seluruh dunia untuk meninjau kembali dan memperketat aturan penggunaan gas air mata, serta lebih memprioritaskan metode pengendalian massa yang tidak bersifat kimiawi dan lebih manusiawi.