Studi Ungkap 13 Penyebab Perceraian Paling Umum, Bukan Cuma Orang Ketiga
Tidak ada satu pun pasangan yang menikah dengan tujuan untuk bercerai. Semua memulai dengan harapan akan sebuah akhir “bahagia selamanya”. Namun, realita seringkali jauh lebih rumit. Data statistik menunjukkan bahwa angka perceraian tetap menjadi isu sosial yang signifikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Di balik setiap perpisahan, selalu ada serangkaian alasan yang kompleks, menyakitkan, dan seringkali merupakan akumulasi dari masalah-masalah yang tak terselesaikan. Lantas, apa sajakah penyebab perceraian?
Selama ini, kita mungkin berpikir bahwa penyebab perceraian utama adalah perselingkuhan atau “orang ketiga”. Namun, sebuah studi komprehensif yang merangkum berbagai penelitian tentang hubungan jangka panjang mengungkap sebuah gambaran yang jauh lebih luas. Ternyata, ada banyak “pembunuh senyap” dalam sebuah pernikahan yang secara perlahan tapi pasti menggerogoti fondasi cinta dan komitmen. Mengenali faktor-faktor risiko ini sejak dini bisa menjadi langkah preventif yang krusial.
Penyebab Perceraian #1: Kurangnya Komitmen
Ini adalah penyebab yang menduduki peringkat teratas dalam banyak studi. Komitmen bukanlah sekadar janji yang diucapkan di hari pernikahan. Ini adalah sebuah keputusan aktif yang dibuat setiap hari untuk tetap bersama, berjuang bersama, dan menempatkan hubungan sebagai prioritas utama, bahkan di saat-saat tersulit sekalipun. Saat salah satu atau kedua pasangan sudah tidak lagi memiliki komitmen ini, maka pintu menuju perpisahan sudah terbuka sangat lebar.
Penyebab #2: Perselingkuhan (Infidelity)
Meskipun bukan satu-satunya, perselingkuhan tetap menjadi salah satu penyebab perceraian yang paling merusak. Pengkhianatan ini menghancurkan fondasi paling fundamental dari sebuah hubungan: kepercayaan. Membangun kembali kepercayaan setelah adanya perselingkuhan adalah sebuah proses yang luar biasa sulit dan seringkali tidak berhasil.
Penyebab #3: Konflik dan Pertengkaran yang Tak Berkesudahan
Semua pasangan bertengkar. Namun, yang membedakan antara pasangan yang langgeng dengan yang bercerai adalah bagaimana cara mereka bertengkar. Pertengkaran yang tidak sehat, yang dipenuhi dengan saling menyalahkan, kritik pedas, penghinaan, dan sikap defensif, akan secara perlahan membunuh rasa cinta dan hormat.
Penyebab #4: Menikah di Usia Terlalu Muda
Menikah di usia yang sangat muda (misalnya, di bawah 20 tahun) secara statistik memiliki risiko perceraian yang lebih tinggi. Di usia ini, kepribadian seseorang seringkali belum sepenuhnya matang. Visi, tujuan hidup, dan apa yang mereka cari dari seorang pasangan masih bisa berubah secara drastis seiring berjalannya waktu.
Penyebab #5: Masalah Keuangan
Uang adalah salah satu sumber stres dan konflik terbesar dalam sebuah pernikahan. Perbedaan dalam cara mengelola keuangan, utang yang menumpuk, atau kesulitan ekonomi yang berkepanjangan dapat memberikan tekanan yang luar biasa besar pada sebuah hubungan.
Penyebab Perceraian #6: Kurangnya Keintiman (Fisik dan Emosional)
Keintiman adalah perekat dalam sebuah pernikahan. Ini bukan hanya soal hubungan seksual, tetapi juga tentang keintiman emosional: percakapan mendalam, sentuhan-sentuhan kecil, dan perasaan saling terhubung. Saat keintiman ini hilang, pasangan akan mulai merasa seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu atap.
Penyebab #7: Komunikasi yang Buruk
Ini adalah akar dari hampir semua masalah pernikahan. Kegagalan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur akan melahirkan kesalahpahaman, asumsi, dan rasa sakit hati yang menumpuk. Pasangan berhenti berbicara tentang perasaan mereka dan mulai “berbicara” melalui diam atau pertengkaran.
Penyebab #8: Ekspektasi yang Tidak Realistis
Banyak orang yang masuk ke dalam pernikahan dengan gambaran ideal seperti di film-film romantis. Saat mereka dihadapkan pada realita yang membosankan dari kehidupan sehari-hari, tagihan yang harus dibayar, dan perbedaan pendapat, mereka merasa kecewa dan berpikir telah “salah memilih pasangan”.
Penyebab #9: Kurangnya Kesetaraan dalam Hubungan
Jika salah satu pasangan merasa bahwa mereka memikul beban yang jauh lebih berat—baik itu dalam hal pekerjaan rumah tangga, pengasuhan anak, maupun kontribusi finansial—tanpa adanya apresiasi, ini akan melahirkan kebencian (resentment) yang terpendam. Rasa tidak adil ini adalah racun yang sangat mematikan bagi sebuah hubungan.
Penyebab #10: Belum Siap untuk Berumah Tangga
Kurangnya persiapan, baik secara mental, emosional, maupun finansial, sebelum menikah adalah resep untuk bencana. Pernikahan membutuhkan kedewasaan dan kesiapan untuk berkompromi.
Penyebab #11: Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Ini adalah penyebab perceraian yang tidak bisa ditolerir. Kekerasan, baik dalam bentuk fisik, verbal, emosional, maupun finansial, adalah tanda bahwa hubungan tersebut sudah sangat tidak sehat dan harus segera diakhiri demi keselamatan korban.
Penyebab #12: Masalah Kecanduan
Kecanduan, baik itu pada alkohol, narkoba, maupun judi, akan menghancurkan tidak hanya individu yang bersangkutan, tetapi juga seluruh keluarganya. Sangat sulit untuk membangun hubungan yang sehat dengan seseorang yang prioritas utamanya adalah pada kecanduannya.
Penyebab Perceraian #13: Hilangnya Cinta dan Kasih Sayang
Terkadang, tidak ada drama besar. Dua orang hanya perlahan-lahan tumbuh ke arah yang berbeda. Minat mereka berubah, tujuan hidup mereka tidak lagi sejalan, dan percikan cinta yang dulu ada perlahan padam. Memahami tanda-tanda pria cinta mati di awal hubungan memang penting, tetapi menjaga cinta itu agar tetap menyala membutuhkan usaha dari kedua belah pihak.
Untuk mendapatkan panduan dan dukungan mengenai cara membangun komunikasi dan hubungan yang sehat, sumber-sumber kredibel dari para ahli hubungan seperti The Gottman Institute adalah rujukan yang sangat direkomendasikan.
Penyebab Perceraian: Pernikahan Adalah Kata Kerja?
Pada akhirnya, daftar 13 penyebab perceraian ini adalah sebuah pengingat yang menyedihkan namun penting. Pernikahan yang langgeng dan bahagia bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Ia bukanlah sebuah kata benda, melainkan sebuah kata kerja. Ia membutuhkan usaha, komunikasi, kompromi, pengampunan, dan komitmen yang terus-menerus diperbarui setiap hari dari kedua belah pihak. Dengan memahami “musuh-musuh” yang bisa menghancurkannya, kita bisa menjadi lebih waspada dan lebih proaktif dalam merawat dan melindungi ikatan suci pernikahan.